www.dakwahmedia.net - Suatu hari, sebuah status dari seorang Ibu muda di FB mengatakan bahwa dirinya merasa terganggu dengan berseliwerannya...
www.dakwahmedia.net - Suatu hari, sebuah status dari seorang Ibu muda di FB mengatakan bahwa dirinya merasa terganggu dengan berseliwerannya di dinding FB-nya gambar-gambar menyedihkan, dimana yang dia maksud adalah gambar para korban serangan militer di Timur Tengah yang sedang terluka dan berdarah-darah. Mereka yang kehilangan sebagian anggota tubuhnya akibat serangan bom, sungguh mengenaskan.
Ibu tersebut jadi illfeel, ada rasa kasihan, iba, ngeri, bingung tak tahu harus berbuat apa sedangkan fakta itu ada dan nyata. Terlebih lagi, mereka yang menjadi korban tersebut tak lain juga sesama muslim, lebih terasa mengaduk-aduk perasaan, umat yang dimuliakan Allah dan Rasul ini tengah dihina-dinakan.
Diantara kita mungkin ada yang pernah merasakan seperti apa yang dirasakan ibu muda tersebut. Rasa illfeel juga terasa karena begitu kontras apa yang kita lihat dengan apa yang terjadi sehari-hari dalam kehidupan kita maupun kehidupan ibu muda tersebut. Karena apa yang terjadi memang senyatanya kontras. Kondisi sosio-politik di Asia terutama Indonesia memang tidak terjadi serangan militer sebagaimana kondisi Timur Tengah terutama Suriah dan Palestina yang sehari-hari menjadi bulan-bulanan militer kaum kuffar.
Bagi penduduk Suriah dan Palestina, masih bisa bernafas hari ini bagi mereka adalah sebuah karunia karena serangan militer telah menggiring mereka untuk syahid setiap saat. Beda disana beda pula di Indonesia yang adem ayem. Disini masyarakat sibuk merayakan tahun baru dengan hujan petasan, sementara warga Palestina dan Suriah dicekam ketakutan karena hujan bom. Semalaman kita nyenyak tidur, adakalanya masih begadang untuk menghatamkan menonton drama Korea, bangun pagi langsung menyambar HP untuk lihat notifikasi, kemudian mulai menyusun kegiatan harian, kerjaan kantor, rencana belanja, beli baju baru untuk kondangan, ikut pelatihan bisnis, jalan-jalan, reuni dengan teman SMA, mencicipi kuliner baru, dan rencana-rencana lain, yang semuanya serba asyik dan menyenangkan.
Sebenarnya, tak ada yang salah dengan segala aktivitas sehari-hari yang kita lakukan selama dilakukan sesuai dengan koridor hukum syara’. Satu hal yang tak boleh kita lupakan adalah melakukan pembinaan diri dengan Islam, dengan mengikuti kajian Islam secara intensif. Disanalah kita akan menemukan jawaban atas berbagai macam problematika kehidupan yang bisa diselesaikan dengan petunjuk al Qur’an dan Sunnah. Terlebih kalau kita mengkajinya pada tempat yang tepat, pastilah segala problematika umat bisa ditemukan jawabannya.
Termasuk ketika hati kita tersentuh dengan fakta penderitaan saudara-saudara kita di belahan bumi yang lain, pastilah naluri kita bertanya, apakah yang sedang terjadi? Apa yang seharusnya dilakukan oleh pihak-pihak tertentu? apa yang bisa dilakukan ketika saat ini saya hanyalah seorang….(ibu misalnya)? Apa solusinya? dan sebagainya.
Sebagai seorang hamba kita bisa berdoa tentunya. Doa yang kita panjatkan untuk kesabaran dan keselamatan saudara-saudara kita disana dan kehancuran bagi musuh-musuh Islam. Cukup? Kita juga bisa menitipkan sebagian rizki kita kepada organisasi-organisasi nirlaba yang konsern menangani dana bantuan kesana. Secara batin tentu kita sudah ada kelegaan bahwa kita sudah berusaha membantu meringankan penderitaan saudara-saudara kita. Namun tentu saja hal tersebut belum cukup ‘menggugurkan’ kewajiban sebagai muslim.
Saat kita mengkaji Islam lebih mendalam, maka kita akan bisa berbuat lebih banyak. Mengapa jawabannya ada pada mengkaji Islam? Karena Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna mengatur kehidupan manusia dibumi. Sempurna berarti mampu menjawab berbagai macam persoalan kehidupan baik itu lingkup pribadi/individu, sosial bermasyarakat maupun masalah kenegaraan. Islam bisa menyelesaikan apabila dipakai, ajarannya diterapkan dalam ketiga ranah tersebut. Untuk bisa menerapkannya membutuhkan ilmu, itulah kenapa menuntut ilmu Islam itu hukumnya wajib ain bagi seluruh kaum muslim.
Sejarah membuktikan bahwa Rasul SAW juga seorang kepala Negara dan politikus ulung. Beliau meletakkan pondasi Negara Islam pertama di Madinah dan diteruskan para shahabat hingga Islam menyebar diseluruh dunia. Negara Islam/khilafah menjadi pelindung umat Islam di seluruh dunia dari berbagai macam serangan dari Negara lain. Maka wajarlah jika saat ini khilafah tidak ada, Negara kafir dengan leluasanya mencincang kaum muslimin, mengobrak-abrik negerinya dan menumpahkan darah umat Islam semau mereka.
Jadi, yang dibutuhkan untuk menyelesaikan problematika di Timur Tengah adalah menegakkan kembali Khilafah Rasyidah. Karena hanya Negara khilafahlah yang mampu mengakhiri serangan militer di negeri-negeri Muslim.
Mungkin kita akan bertanya, bagaimana seorang ibu menegakkan khilafah? Apa yang dilakukan Rasulullah, itu jualah yang harus dilakukan umatnya, yaitu menegakkan khilafah, dalam hal ini Ibunda Khadijah Binti Khuwailid r.a. bersama para shahabiyah lain telah menorehkan tinta emas dalam keikutsertaannya dalam perjuangan Rasul menegakkan Negara Islam di Madinah. Bunda Khadijah yang merupakan putri kalangan bangsawan Quraisy, saudagar kaya raya sungguh kesetiaan dan pengorbanannya mendampingi Nabi sangat luar biasa. Kalimat beliau di akhir hayatnya pada waktu Rasul dan shahabat menjalani masa pemboikotan akibat makar kaum kafir Quraisy sungguh menyentuh hati, “wahai Rasulullah…perjuangan Agama ini belumlah sampai, seandainya aku wafat dan tulang belulangku bisa kau jadikan jembatan untuk menolong agama-Nya, maka lakukanlah..!”. Maka tak heranlah, jika Allah dan para Malaikat-Nya menyampaikan salam lewat Rasul kepada Khadijah…..
Dan sekiranya kitapun sebagai ibu, adalah seorang istri yang taat kepada suami dan pengatur urusan rumah mendambakan surga sebagaimana yang telah dilakukan Bunda Khadijah, yaitu terlibat dalam dakwah untuk menegakkan khilafah, semuanya menjadi pilihan kita, adakah menjadi wanita yang dirindukan surga atau dilaknat Allah sebagaiman kebanyakan dari penghuni neraka. Wallahu a’lamu bi ash-showab…
Oleh : Ratna Safina
Sumber : Harian Publik - MENJADI IBU DALAM BINGKAI PERJUANGAN ISLAM