Harianpublik.com - Menteri asal Partai Nasional Demokrat ini mengungkapkan, hingga kini Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) pembanguna...
Harianpublik.com - Menteri asal Partai Nasional Demokrat ini mengungkapkan, hingga kini Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) pembangunan Semen Indonesia di daerah pegunungan Kendeng masih diproses oleh tim kementerian. Para ahli dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) masih membutuhkan data tambahan untuk membahas KLHS secara menyeluruh. Namun, hasil sementera, para ahli sudah menemukan adanya indikasi-indikasi kerusakan ataupun pencemaran lingkungan akibat adanya pembangunan pabrik Semen Indonesia. Berikut penuturan lengkap Siti Nurbaya Bakar;
Hingga kini sudah sampai mana KLHS pembangunan pabrik Semen Indonesia di Kendeng?
Kalau yang Kendeng ini, posisi KLHS itu kan ada di pemerintah daerah juga. Tapi kan seperti saya bilang, kewenangan proyek seperti itu penilaian Amdal di provinsi. Makanya dia berjalanlah izin lingkungan, tetapi kan ada masalah.
Lho ada masalah toh. Apa saja masalahnya?
Di dalam Undang-Undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup itu kan dijelaskan dalam hal persoalan, satu terjadi kerusakan lingkungan, kedua ada pencemaran, ketiga ada keresahan sosial maka menteri harus turun, mendalami dan mengambil langkah-langkah.
Nah karena ada itu, apalagi demonstrasi itu kan langsung ke istana. Akhirnya Presiden bilang, lihat dong dulu bagaimana, itu KLHS. Ketika mereka bertemu Bapak Presiden justru kata-kata KLHS itu muncul dari masyarakatnya.
Dulu strateginya bagaimana, nah ini ada kaitannya juga dengan demo sebelumnya di wilayah sebelumnya, di mana mereka sudah mengerti bahwa ada strategi-strategi sebetulnya terkait dengan karst. Oleh karena itu, Presiden kan bilang, oke beresin deh KLHS-nya, baru nanti kita putusin. Nah sekarang itu lagi kita beresin.
Lantas saat ini sudah sejauh mana?
Sekarang KLHS yang dibikin oleh ahli-ahli di supervisi oleh KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) dan KSP (Kantor Staf Kepresidenan) itu sedang bekerja. Para ahlinya lagi pada menyusun, mereka rapat sejak hari Senin dan ini akan diterusin sampai empat hari. Dalam diskusinya para ahli sudah menemukan indikasi-indikasi sebetulnya.
Indikasi-indikasinya apa saja itu?
Bahwa dilihat dari uji Q-max dan Q-min. Q itu artinya debit, debit maksimun dan debit minimun. Itu kan kalau secara ilmu. Sama saja seperti temperatur. Pohonan itu kan ada titik toleransi terhadap suhu terendah dan suhu tertinggi. Suhu terendah itu kalau iklim Indonesia itu muncul di jam 2-3 pagi. Kalau suhu tertinggi kalau di kita itu jam 11, bukan jam 2. Artinya bumi lagi menyerap sekuat-kuatnya energi dari matahari dan pada jam 2-3 pagi, bumi lagi benar-benar memancarkan energinya. Makanya dingin. Air juga begitu, ada Q-maksimum dan Q-minimum. Nah pohonan ada derajat tertentu pada rentang ini. Kalau dia berubah, mati pohonnya. Sama ini di sungai juga begitu. Kalau berubah Q-max dan Q-min, mati. Kan air itu menetes dari karst itu, kan kalau kartsnya terganggu, daya tetesnya itu berkurang. Sehingga Q nya itu jadi rusak. Itu sebetulnnya teori-teori yang mereka bangun dan mereka pelajari.
Selain dari batuan karst, indikasi apa lagi yang ditemukan mengalami kerusakan?
Tim itu juga sudah pernah menguji dengan menaruh garam di ujung sini, di ujung sana tiba-tiba terasa asinnya. Berarti ada aliran di situ. Kemudian indikasi lainnya adalah kelelawar, jadi kelelawar ini ada nggak, kelelawar yang ini ada nggak, kelelawar jenis itu ada nggak, nah kalau semakin berkurang berarti river kita terganggu. Sebab kelelawar itu kan binatang penyerbu.
Selain dari para ahli-ahli tersebut, data lainnya dari mana?
Indikasi-indikasi itu ada, makanya dengan indikasi yang ada, nanti ditambah lagi dengan data dan informasi yang ada. Apakah dari (Kementerian) ESDM nanti kalau misalnya Semen Indonesia mau menyerahkan datanya yang katanya ada, saya rasa bagus sekali.
Anda sudah minta datanya dari Semen Indonesia?
Kita sudah minta datanya, tapi nggak pernah dapat dari Jawa Tengah. Jadi ya sudah, dengan data yang ada. Itulah sebabnya saya minta ke Pak Jonan, untuk bisa dikirim data itu. Nah dari hasilnya mereka bekerja empat hari ini dan KLHS nya akan diselesaikan pada bulan Maret ini. Itu untuk yang cadangan air tanah waduk putih. Untuk seluruh pegunungan Kendengnya, itu nanti. (rmol)
Sumber : Harian Publik - Tim Ahli Temukan Indikasi Awal Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Akibat Pembangunan Pabrik Semen Kendeng
Hingga kini sudah sampai mana KLHS pembangunan pabrik Semen Indonesia di Kendeng?
Kalau yang Kendeng ini, posisi KLHS itu kan ada di pemerintah daerah juga. Tapi kan seperti saya bilang, kewenangan proyek seperti itu penilaian Amdal di provinsi. Makanya dia berjalanlah izin lingkungan, tetapi kan ada masalah.
Lho ada masalah toh. Apa saja masalahnya?
Di dalam Undang-Undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup itu kan dijelaskan dalam hal persoalan, satu terjadi kerusakan lingkungan, kedua ada pencemaran, ketiga ada keresahan sosial maka menteri harus turun, mendalami dan mengambil langkah-langkah.
Nah karena ada itu, apalagi demonstrasi itu kan langsung ke istana. Akhirnya Presiden bilang, lihat dong dulu bagaimana, itu KLHS. Ketika mereka bertemu Bapak Presiden justru kata-kata KLHS itu muncul dari masyarakatnya.
Dulu strateginya bagaimana, nah ini ada kaitannya juga dengan demo sebelumnya di wilayah sebelumnya, di mana mereka sudah mengerti bahwa ada strategi-strategi sebetulnya terkait dengan karst. Oleh karena itu, Presiden kan bilang, oke beresin deh KLHS-nya, baru nanti kita putusin. Nah sekarang itu lagi kita beresin.
Lantas saat ini sudah sejauh mana?
Sekarang KLHS yang dibikin oleh ahli-ahli di supervisi oleh KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) dan KSP (Kantor Staf Kepresidenan) itu sedang bekerja. Para ahlinya lagi pada menyusun, mereka rapat sejak hari Senin dan ini akan diterusin sampai empat hari. Dalam diskusinya para ahli sudah menemukan indikasi-indikasi sebetulnya.
Indikasi-indikasinya apa saja itu?
Bahwa dilihat dari uji Q-max dan Q-min. Q itu artinya debit, debit maksimun dan debit minimun. Itu kan kalau secara ilmu. Sama saja seperti temperatur. Pohonan itu kan ada titik toleransi terhadap suhu terendah dan suhu tertinggi. Suhu terendah itu kalau iklim Indonesia itu muncul di jam 2-3 pagi. Kalau suhu tertinggi kalau di kita itu jam 11, bukan jam 2. Artinya bumi lagi menyerap sekuat-kuatnya energi dari matahari dan pada jam 2-3 pagi, bumi lagi benar-benar memancarkan energinya. Makanya dingin. Air juga begitu, ada Q-maksimum dan Q-minimum. Nah pohonan ada derajat tertentu pada rentang ini. Kalau dia berubah, mati pohonnya. Sama ini di sungai juga begitu. Kalau berubah Q-max dan Q-min, mati. Kan air itu menetes dari karst itu, kan kalau kartsnya terganggu, daya tetesnya itu berkurang. Sehingga Q nya itu jadi rusak. Itu sebetulnnya teori-teori yang mereka bangun dan mereka pelajari.
Selain dari batuan karst, indikasi apa lagi yang ditemukan mengalami kerusakan?
Tim itu juga sudah pernah menguji dengan menaruh garam di ujung sini, di ujung sana tiba-tiba terasa asinnya. Berarti ada aliran di situ. Kemudian indikasi lainnya adalah kelelawar, jadi kelelawar ini ada nggak, kelelawar yang ini ada nggak, kelelawar jenis itu ada nggak, nah kalau semakin berkurang berarti river kita terganggu. Sebab kelelawar itu kan binatang penyerbu.
Selain dari para ahli-ahli tersebut, data lainnya dari mana?
Indikasi-indikasi itu ada, makanya dengan indikasi yang ada, nanti ditambah lagi dengan data dan informasi yang ada. Apakah dari (Kementerian) ESDM nanti kalau misalnya Semen Indonesia mau menyerahkan datanya yang katanya ada, saya rasa bagus sekali.
Anda sudah minta datanya dari Semen Indonesia?
Kita sudah minta datanya, tapi nggak pernah dapat dari Jawa Tengah. Jadi ya sudah, dengan data yang ada. Itulah sebabnya saya minta ke Pak Jonan, untuk bisa dikirim data itu. Nah dari hasilnya mereka bekerja empat hari ini dan KLHS nya akan diselesaikan pada bulan Maret ini. Itu untuk yang cadangan air tanah waduk putih. Untuk seluruh pegunungan Kendengnya, itu nanti. (rmol)
Sumber : Harian Publik - Tim Ahli Temukan Indikasi Awal Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Akibat Pembangunan Pabrik Semen Kendeng