Tangis Made Suardana (59) pecah saat membuka kain penutup jenazah kedua cucu kesayangannya yang disemayamkan di rumah tua Banjar Dinas Kaja ...
Tangis Made Suardana (59) pecah saat membuka kain penutup jenazah kedua cucu kesayangannya yang disemayamkan di rumah tua Banjar Dinas Kaja Kangin, Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Buleleng, Bali, Kamis (23/2/2017).
Ia masih tidak percaya anaknya, I Kadek Artaya (32) nekat bunuh diri bersama istri, Ni Kadek Suciani (27) dan kedua anaknya, I Putu Wahyu Adi Saputra (6) dan Ni Kadek Dwi Cahya Putri (3).
Pagi itu, Suardana yang tinggal serumah dengan keluarga anaknya itu pergi untuk mengantarkan istrinya, Ni Ketut Sartika (55) berjualan di Pasar Tejakula.
Ia yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek ini lalu kembali ke rumahnya pukul 05.30 Wita untuk sembahyang seperti rutinitas yang dilakukannya setiap hari.
Di rumah yang terdiri dari tiga kamar itu dia mendapati lampu rumah masih menyala.
Padahal biasanya jam segitu anak dan menantunya sudah bangun dan mematikan lampu rumah.
Ia lalu mengetuk pintu kamar yang ditempati anak beserta menantu dan kedua cucunya, tetapi tidak ada jawaban.
Saat di ruang tamu, ia mencium bau yang sangat menyengat.
Dikiranya bau itu bersumber dari tabung gas elpiji di dapur yang bocor.
Namun saat dicek di dapur baik-baik saja.
Ia semakin curiga ketika merasakan sumber bau menyengat itu berasal dari satu kamar yang kosong.
Saat itulah dirinya yakin bahwa anak, menantu dan dua cucunya itu berada di dalamnya.
Ketika pintu berusaha dibuka rupanya terkunci dari dalam.
"Saya dobrak pintunya setelah terbuka keluar bau yang sangat menyengat sekali dari dalam. Saya lihat anak, menantu dan kedua cucu saya sudah tergeletak di lantai," katanya.
Mulut keempatnya semuanya mengeluarkan busa.
Ia sempat meyakini keempatnya masih hidup karena saat disentuh perut cucunya masih terasa panas.
Sementara di sampingnya tergeletak sebuah botol obat pestisida dan dua botol minuman berkarbonasi merek Sprite.
"Botol pestisida itu isinya sudah habis setengah, dua botol Sprite yang satu habis, ada gelas juga. Saya sentuh perutnya masih panas, lalu saya carikan air kelapa," ungkapnya.
Namun saat berusaha meminumkannya, tidak ada satupun dari keempatnya yang bisa meminumnya. Air kelapa itu tumpah dan tidak ada yang berhasil masuk ke dalam tubuh keempatnya.
Ia masih tidak percaya anaknya, I Kadek Artaya (32) nekat bunuh diri bersama istri, Ni Kadek Suciani (27) dan kedua anaknya, I Putu Wahyu Adi Saputra (6) dan Ni Kadek Dwi Cahya Putri (3).
Pagi itu, Suardana yang tinggal serumah dengan keluarga anaknya itu pergi untuk mengantarkan istrinya, Ni Ketut Sartika (55) berjualan di Pasar Tejakula.
Ia yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek ini lalu kembali ke rumahnya pukul 05.30 Wita untuk sembahyang seperti rutinitas yang dilakukannya setiap hari.
Di rumah yang terdiri dari tiga kamar itu dia mendapati lampu rumah masih menyala.
Padahal biasanya jam segitu anak dan menantunya sudah bangun dan mematikan lampu rumah.
Ia lalu mengetuk pintu kamar yang ditempati anak beserta menantu dan kedua cucunya, tetapi tidak ada jawaban.
Saat di ruang tamu, ia mencium bau yang sangat menyengat.
Dikiranya bau itu bersumber dari tabung gas elpiji di dapur yang bocor.
Namun saat dicek di dapur baik-baik saja.
Ia semakin curiga ketika merasakan sumber bau menyengat itu berasal dari satu kamar yang kosong.
Saat itulah dirinya yakin bahwa anak, menantu dan dua cucunya itu berada di dalamnya.
Ketika pintu berusaha dibuka rupanya terkunci dari dalam.
"Saya dobrak pintunya setelah terbuka keluar bau yang sangat menyengat sekali dari dalam. Saya lihat anak, menantu dan kedua cucu saya sudah tergeletak di lantai," katanya.
Mulut keempatnya semuanya mengeluarkan busa.
Ia sempat meyakini keempatnya masih hidup karena saat disentuh perut cucunya masih terasa panas.
Sementara di sampingnya tergeletak sebuah botol obat pestisida dan dua botol minuman berkarbonasi merek Sprite.
"Botol pestisida itu isinya sudah habis setengah, dua botol Sprite yang satu habis, ada gelas juga. Saya sentuh perutnya masih panas, lalu saya carikan air kelapa," ungkapnya.
Namun saat berusaha meminumkannya, tidak ada satupun dari keempatnya yang bisa meminumnya. Air kelapa itu tumpah dan tidak ada yang berhasil masuk ke dalam tubuh keempatnya.
Dalam kondisi panik, Suardana membangunkan tetangganya, Ni Nyoman Nyempen (31) dan Kadek Joni (35) untuk meminta tolong dicarikan mobil.
Semua korban lalu dibawa ke bidan, Kadek Dewi di Desa Pacung, Kecamatan Tejakula.
Bidan itu memastikan bahwa keempat korban telah tewas setelah menenggak racun serangga.
Selanjutnya keempat korban disemayamkan ke rumah tua milik Suardana di Banjar Dinas Kaja Kangin, Desa Bondalem.
Seorang dokter, dr Komang Ari Wirama dari Puskesmas Tejakula memastikan tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan dari tubuh korban berdasarkan hasil pemeriksaan.
Suardana mengaku, selama ini anaknya tidak mengeluhkan sesuatu apapun kepada dirinya.
Malam harinya, anaknya yang sehari-hari bekerja sebagai tukang kebun di vila hanya mengeluh capek saja.
"Engak pernah mengeluh sama sekali anak saya apa masalahnya. Malamnya cuma mengeluh capek lalu istirahat sambil nonton televisi," katanya.
Bahkan, menurutnya, anaknya itu termasuk sosok yang terbuka, setiap kali ada masalah selalu dibicarakan dengannya.
Namun selama ini tidak ada masalah serius yang dibicarakannya.
"Kami selalu makan bareng sama mereka berempat di rumah. Kalau sore pulang kerja nonton televisi, dia buat kopi saya ditawari. Biasa saja," ucapnya.
Atas kejadian memilukan itu, Suardana sangat kehilangan sekali, terlebih juga kedua cucunya yang ikut tewas.
"Sekarang saya tidak punya siapa-siapa, sendiri dah tinggal di rumah sama istri saya. Ini anak kedua, yang pertama perempuan ikut suaminya di Singaraja.
Cucu saya yang kecil tiap pulang kerja saya gendong, saya ajak nyanyi. Dia pintar sekali. Tapi sekarang sudah enggak ada," tuturnya.
Keluarga memilih mengiklaskan dan menolak autopsi keempat jenazah.
Keempat jenazah itu lalu dikuburkan di Setra Bondalem pukul 18.00 Wita.
Keluarga mengiringi upacara penguburan dengan isak tangis.
Kapolsek Tejakula, Putu Mangku Yasa mengatakan, dari hasil pemeriksaan medis disimpulkan keempatnya tewas setelah menenggak racun.
Sebab tidak ada tanda kekerasan di tubuh korban.
Diperkirakan keempatnya meminum racun pada tengah malam saat Suardana bersama istrinya sudah terlelap tidur.
Kedua anak diminta minum terlebih dahulu lalu disusul kedua orangtuanya.
"Korban diduga akibat meminum racun pestisida merek Diazinon di campur minuman Sprite," ujar Putu Mangku.
"Kami mendatangi TKP untuk olah TKP, mengamankan barang bukti yang digunakan untuk bunuh diri, satu botol obat pestisida yang masih ada sisanya, dua botol minuman Sprite dan sebuah gelas. Kami juga memeriksa saksi-saksi," katanya.
Berdasarkan catatan Kepolisian, kasus dugaan bunuh diri sekeluarga di Bali terjadi bukan hanya kali ini.
Pada Jumat (23/1/2015) lalu, I Gusti Bagus Karpica (32), bersama istrinya, I Gusti Ayu Respatiani (29), ketiga anaknya, yaitu Gusti Bagus Narindra Kresna (6), Gusti Alit Satria Wedana (4) dan Gusti Ayu Santi Jayanti (berumur 7 bulan) ditemukan tewas terpanggang di sebuah kamar hotel di Klungkung.
Polisi menemukan cairan mirip minyak tanah dari tubuh korban yang terbakar dan SMS penagihan utang yang dikirim berkali-kali.
Selain itu, sepasang suami istri I Ketut Suwena (46) dan Ni Komang Marini (42), warga Banjar Saraseda Tampaksiring Gianyar, bunuh diri dengan meminum cairan berbahaya, gramoxone, Jumat (19/9/2014) lalu.
Semua korban lalu dibawa ke bidan, Kadek Dewi di Desa Pacung, Kecamatan Tejakula.
Bidan itu memastikan bahwa keempat korban telah tewas setelah menenggak racun serangga.
Selanjutnya keempat korban disemayamkan ke rumah tua milik Suardana di Banjar Dinas Kaja Kangin, Desa Bondalem.
Seorang dokter, dr Komang Ari Wirama dari Puskesmas Tejakula memastikan tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan dari tubuh korban berdasarkan hasil pemeriksaan.
Suardana mengaku, selama ini anaknya tidak mengeluhkan sesuatu apapun kepada dirinya.
Malam harinya, anaknya yang sehari-hari bekerja sebagai tukang kebun di vila hanya mengeluh capek saja.
"Engak pernah mengeluh sama sekali anak saya apa masalahnya. Malamnya cuma mengeluh capek lalu istirahat sambil nonton televisi," katanya.
Bahkan, menurutnya, anaknya itu termasuk sosok yang terbuka, setiap kali ada masalah selalu dibicarakan dengannya.
Namun selama ini tidak ada masalah serius yang dibicarakannya.
"Kami selalu makan bareng sama mereka berempat di rumah. Kalau sore pulang kerja nonton televisi, dia buat kopi saya ditawari. Biasa saja," ucapnya.
Atas kejadian memilukan itu, Suardana sangat kehilangan sekali, terlebih juga kedua cucunya yang ikut tewas.
"Sekarang saya tidak punya siapa-siapa, sendiri dah tinggal di rumah sama istri saya. Ini anak kedua, yang pertama perempuan ikut suaminya di Singaraja.
Cucu saya yang kecil tiap pulang kerja saya gendong, saya ajak nyanyi. Dia pintar sekali. Tapi sekarang sudah enggak ada," tuturnya.
Keluarga memilih mengiklaskan dan menolak autopsi keempat jenazah.
Keempat jenazah itu lalu dikuburkan di Setra Bondalem pukul 18.00 Wita.
Keluarga mengiringi upacara penguburan dengan isak tangis.
Kapolsek Tejakula, Putu Mangku Yasa mengatakan, dari hasil pemeriksaan medis disimpulkan keempatnya tewas setelah menenggak racun.
Sebab tidak ada tanda kekerasan di tubuh korban.
Diperkirakan keempatnya meminum racun pada tengah malam saat Suardana bersama istrinya sudah terlelap tidur.
Kedua anak diminta minum terlebih dahulu lalu disusul kedua orangtuanya.
"Korban diduga akibat meminum racun pestisida merek Diazinon di campur minuman Sprite," ujar Putu Mangku.
"Kami mendatangi TKP untuk olah TKP, mengamankan barang bukti yang digunakan untuk bunuh diri, satu botol obat pestisida yang masih ada sisanya, dua botol minuman Sprite dan sebuah gelas. Kami juga memeriksa saksi-saksi," katanya.
Berdasarkan catatan Kepolisian, kasus dugaan bunuh diri sekeluarga di Bali terjadi bukan hanya kali ini.
Pada Jumat (23/1/2015) lalu, I Gusti Bagus Karpica (32), bersama istrinya, I Gusti Ayu Respatiani (29), ketiga anaknya, yaitu Gusti Bagus Narindra Kresna (6), Gusti Alit Satria Wedana (4) dan Gusti Ayu Santi Jayanti (berumur 7 bulan) ditemukan tewas terpanggang di sebuah kamar hotel di Klungkung.
Polisi menemukan cairan mirip minyak tanah dari tubuh korban yang terbakar dan SMS penagihan utang yang dikirim berkali-kali.
Selain itu, sepasang suami istri I Ketut Suwena (46) dan Ni Komang Marini (42), warga Banjar Saraseda Tampaksiring Gianyar, bunuh diri dengan meminum cairan berbahaya, gramoxone, Jumat (19/9/2014) lalu.
Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !
Sumber : Harian Publik - Tarif Listrik, BBM Dan Gas Elpiji Semakin Naik, Satu Keluarga Ini Bunuh Diri Ramai-ramai