Pengamat Minta Agar Presiden Jokowi Bertugas Untuk Pisahkan Kapitalisme Dengan Negaa, Bukan Pisahkan Agama dan Politik

SHARE:

ilustrasi Sekarang ini di era Presiden Joko Widodo, negara Indonesia telah berubah haluan menjadi negara kapitalis, individualis dan liberal...

ilustrasi

Sekarang ini di era Presiden Joko Widodo, negara Indonesia telah berubah haluan menjadi negara kapitalis, individualis dan liberal yang menghisap rakyat.

Pancasila dan gotongroyong hanya dijadikan lipstik dan sloganistik. Program bagi-bagi atau distribusi lahan kepada petani persis seperti projek karitatif, belas kasihan atau permen semata.

Kenyataannya di era Presiden Joko Widodo yang dituduh PKI itu, ternyata kapitalisme tumbuh subur bagaikan jamur di musim hujan, bahkan kapitalisme untuk kesekian kalinya  telah berhasil bersetubuh dengan sangat kuat hingga mencapai orgasmenya.

Negara secara struktural telah dikuasai segelintir taipan kapitalis. Dari lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif hingga pers, telah dikuasai sepenuhnya oleh segelintir taipan.

Akibatnya, tak ada lagi fungsi kontrol oleh parlemen dan penegakan hukum yang menjujung tinggi nilai nilai keadilan. Bahkan kebijakan pemerintah ekonomi dan politik  pemerintah mengabdi pada kepentingan kapitalis taipan.

Baik pemerintah maupun kapitalis taipan telah bekerjasama sangat erat untuk menghisap rakyat secara bersama-sama dan serempak.

Apa buktinya? Seluruh kebijakan pemerintah dibuat untuk memperkaya para kapitalis taipan dan korporasi asing.

Kebijakan ekonomi dibuat dalam rangka melancarkan usaha taipan mengeruk sumber daya alam, melahap APBN, menghisab para pekerja/buruh dan merampas jerih payah petani.

Ini jelas ditunjukkan oleh bagaimana pemerintah mengeluarkan berbagai ijin dan konsesi penguasaan tanah oleh para taipan dan korporasi asing hingga penguasaan mereka atas tanah setara dengan 93% luas daratan Indonesia dan kekayaan alam di atas dan di dalamnya.

Bahkan ada seorang kapitalis taipan menguasai 2,5 juta lahan sendiri atau 3 kali luas pulau bali.

Pemerintah juga memperkaya para taipan dengan merancang berbagai mega proyek infrastruktur. Menghabiskan APBN untuk infrastruktur. Pajak yang dibayarkan rakyat habis menjadi bancakan para taipan dan asing melalui mega proyek infrastruktur tersebut.

Pemerintah juga mengeruk rakyat dengan tingkat bunga yang tinggi, mencabut segala bentuk subsidi, menaikkan harga energi, upah buruh yang tidak manusiawi, harga hasil pertanian petani yang terus menurun. Kesemua kebijakan tersebut secara langsung mengalirkan kekayaan dan pendapatan ekonomi kepada segelintir taipan dan korporasi asing.

Apa akibatnya? Lebih dari 43% pendapatan nasional dinikmati 1% orang (koefisien gini) yang artinya hasil produksi/kerja/usaha seluruh rakyat dalam setahun sebanyak 43% langsung menjadi milik taipan dan asing.

Hasilnya sekarang terlihat. Kekayaan 4 orang setara dengan kekayam 100 juta penduduk. Ketimpangan dalam kekayaan semakin parah seiring lamanya pemerintahan Jokowi berlangsung yang memperlihat identitasnya sebagai sekutu lahir batin para kapitalis taipan dan korporasi asing yang paling setia.

Oleh karena itu tugas pemerintahan Jokowi yang semestinya dan seharusnya adalah memisahkan kapitalisme para taipan dan modal asing dari negara secara ideologi dan politik.

Karena hal itu telah diamatkan oleh Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 1945. Pemerintah Jokowi harus mengerti bahwa secara politik negara harus menundukkan para kapitalis taipan dan korporasi asing bukan sebaliknya para taipan dan asing mengangkangi negara sesuka hati mereka.

Jangan melupakan sejarah, Pak Joko Widodo. Setiap keserakahan pasti menghasilkan ketimpangan dan ketidakadilan. Dan setiap ketimpangan dan ketidakadilan bagaikan jerami yang kering kerontang yang siap membakar.

Ketika kekuasaan struktural negara telah disuap, dikooptasi dan dikerangkeng, maka sudah tepat jika kekuatan nonstruktural tanpa bentuk bertindak meluruskan haluan negara yang telah menyimpang dengan cara-ara yang pernah dilakukan pra revolusi kemerdekaan 1945.Mediaislam.org/rmolj]

Salamuddin Daeng
Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)

Sumber: harianpublik



Sumber : Harian Publik - Pengamat Minta Agar Presiden Jokowi Bertugas Untuk Pisahkan Kapitalisme Dengan Negaa, Bukan Pisahkan Agama dan Politik
Nama

Kesehatan,1,
ltr
item
Harian Publik: Pengamat Minta Agar Presiden Jokowi Bertugas Untuk Pisahkan Kapitalisme Dengan Negaa, Bukan Pisahkan Agama dan Politik
Pengamat Minta Agar Presiden Jokowi Bertugas Untuk Pisahkan Kapitalisme Dengan Negaa, Bukan Pisahkan Agama dan Politik
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi073-Z53G0DK6CmoLOyfkACjFNc7epUeO3sIhx899zjVntC9acaWb6P3WBr0QOt-kquZyGk3dAQIUILqcFXi0Vj7xeILjAkuWCIlRekiVe6M3-PFMk4obVrQIkPVfx8v-28EkjGKQxp__d/s640/presiden+jokowi.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi073-Z53G0DK6CmoLOyfkACjFNc7epUeO3sIhx899zjVntC9acaWb6P3WBr0QOt-kquZyGk3dAQIUILqcFXi0Vj7xeILjAkuWCIlRekiVe6M3-PFMk4obVrQIkPVfx8v-28EkjGKQxp__d/s72-c/presiden+jokowi.jpg
Harian Publik
https://caraserbahemat.blogspot.com/2017/03/pengamat-minta-agar-presiden-jokowi.html
https://caraserbahemat.blogspot.com/
https://caraserbahemat.blogspot.com/
https://caraserbahemat.blogspot.com/2017/03/pengamat-minta-agar-presiden-jokowi.html
true
558718208639032459
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy