(Harianpublik.com) - Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan sebagai penyempurna bagi kitab-kitab samawi sebelumnya. Ia merupakan sumbe...
(Harianpublik.com) - Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan sebagai penyempurna bagi kitab-kitab samawi sebelumnya. Ia merupakan sumber ajaran umat islam. Petunjuknya menyeluruh mencakup seluruh aspek hidup manusia. Karena itu, tak pantas bagi seorang mukmin merasa ada yang kurang dengan al-Qur’an lalu mencari petunjuk lain dari kitab-kitab sebelumnya.
- Like & ikuti halaman kami di Facebook
- Follow kami di Twitter
- Join di channel Telegram kami
Salah seorang sahabat Nabi bernama Khalid bin ‘Urfathah mengisahkan, “Aku duduk di sisi Umar r.a, Tiba-tiba didatangkan seorang lelaki dari Abdul Qais yang tinggal di negeri Khauzistan. Umar lalu berkata kepadanya, ‘Apakah kamu si fulan bin fulan Al-Abdi?’
Ia menjawab, ‘Ya.’ Umar lalu memukulkan tongkat yang dipegangnya.
Lelaki tersebut pun bertanya, ‘Ada apa denganku, wahai Amirul Mukminin?’
Umar lalu berkata kepadanya, ‘Duduklah!’ Ia pun duduk. Umar lalu membaca firman Allah Ta’ala:
الر تِلْكَ آَيَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ * إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآَنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ* نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ هَذَا الْقُرْآَنَ وَإِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الْغَافِلِينَ
“Alif, lâm, râ. Ini adalah ayat-ayat kitab (Al-Quran) yang nyata (dari Allah). Sesungguhnya, Kami menurunkannya berupa AlQuran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Quran ini kepadamu. Dan sesungguhnya, kamu sebelum (kami mewahyukan)-nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.” (Yusuf: 1-3)
Umar membacanya tiga kali dan memukulnya tiga kali. Lelaki ini betanya, ‘Ada apa wahai Amirul Mukminin?’
‘Engkaukah yang telah menyalin kitab-kitab Daniel?’, Tanya Umar kembali
BACA JUGA Mujahid Ini Menangis Saat Menjelang Kematian, Mengapa?
Ia menjawab, ‘Perintahkanlah kepadaku dengan perkaramu hingga aku mengikutinya.’
Umar berkata, ‘Hapuslah dengan api dan kain putih, kemudian janganlah engkau membacanya atau janganlah engkau bacakan kepada seorang pun. Jikalau sampai kabar kepadaku bahwa engkau membacanya atau engkau membacakannya terhadap salah seorang dari masyarakat maka akan aku lebihkan hukumannya. Duduklah!’
Ia lalu duduk di depan Umar. Umar berkata, ‘Aku pernah pergi dan menyalin sebuah kitab dari ahli kitab, kemudian kumasukkan ke dalam adim (sejenis tas yang terbuat dari kulit yang disamak). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu berkata kepadaku, ‘Apa yang ada di tanganmu wahai Umar?’
Aku menjawab, ‘Wahai Rasulullah ini adalah sebuah kitab yang kusalin untuk menambah ilmu kami.’
Rasulullah lalu marah hingga merah pipi beliau. Kemudiaan kami shalat berjamaah. Orang-orang Anshar berkata, ‘Apakah Nabi kalian telah marah? Senjata! Senjata!’ Mereka lalu datang hingga mereka berkumpul di mimbar Rasulullah…” (HR Abu Ya`la).
Hadits di atas diperkuat oleh hadits riwayat Jabir bin Abdillah bahwa Umar bin Khaththab mendatangi Nabi dengan kitab yang ia dapat dari sebagian Ahli Kitab. Nabi lalu membaca kitab tersebut dan beliau pun marah dan berkata, “Apakah kamu bingung wahai Ibnul Khaththab? Demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, aku telah membawakan kepada kalian dengan sebuah lembaran putih dan jernih. Janganlah engkau bertanya kepada mereka tentang sesuatu, lalu mereka menceritakan kepada kalian dengan benar tetapi kalian mendustakannya. Atau mereka menceritakan kepada kalian kebatilan tetapi kalian membenarkannya. Demi Zat yang jiwaku di tanganNya, jikalau Musa hidup maka ia tidak akan bisa kecuali mengikutiku.”(HR Ahmad)
Menurut Abu Ubaidah, kalimat “Amutahawwikûn?” artinya adalah apakah kalian bingung dengan Islam sehingga mengambil dari Yahudi? Ibnu Sayyidihi berkata, “Artinya adalah apakah kalian bingung?”
BACA JUGA Bilakah Seorang Muslim Mengalami Krisis Identitas?
Ibnu Mandhur berkata, “Artinya adalah, apakah kalian ragu-ragu dan terjerumus?” (Lisânul ‘Arab karya Ibnu Mandhur)
Begitulah sejatinya hidup seorang mukmin. Ia tidak pernah ragu dengan kesempurnaan al-Qur’an yang menuntun hidupnya. Bagaimana pun problematika hidupnya, al-Qur’an tetap menjadi sumber solusinya.
***
Penulis : Fakhruddin
Disadur dari buku “Jangan bikin Rasul Marah” Karya Muhammad Ali Utsman, Penerbit Aqwam Solo
Sumber: Kiblat.net
Sumber : Harian Publik - Ngaku Muslim Tapi Masih Mencari Tuntunan Selain Islam?