ilustrasi JAKARTA -Dalam dunia pemasaran, menggunakan ilmu psikologi sangat disarankan terutama jika berkaitan dengan strategi harga. Pasti ...
ilustrasi
JAKARTA -Dalam dunia pemasaran, menggunakan ilmu psikologi sangat disarankan terutama jika berkaitan dengan strategi harga. Pasti Anda sering melihat label harga Rp99.000 atau USD19.000, lalu bertanya mengapa harganya tidak dibulatkan saja menjadi Rp100.000 atau Rp20.000?.
Seperti dilansir dari entrepreneur, Sabtu (18/3/2017), berikut ini akan dijelaskan mengapa para pemasaran menggunakan label harga dengan penggunaan desimal dan bukan bilangan bulat. Menetapkan harga yang tepat dapat memiliki efek yang kuat bagi keberhasilan pemasaran.
1. Harga menarik
Tidak ada yang tahu kapan pertama kali teknik pemasaran seperti dilakukan. Beberapa cerita bergulir sejak abad ke 19, namun ada juga cerita lainnya dari sebuah perusahaan penerbitan koran di Chicago yang saling bersaing hingga menetapkan perbedaan harga yang lebih murah hingga sepeser. Namun, tidak ada yang mengetahui secara pasti darimana harga tersebut menjadi sangat populer.
Dari cerita tersebut, bisa dijelaskan bahwa menetapkan harga memiliki efek yang kuat bagi perilaku pembeli. Ini bisa disebut sebagai 'charm pricing', harga fraksional atau harga ganjil-genap. Menetapkan harga, bahkan hanya berbeda 1-2 sen di bawah yang lainnya bisa meningkatkan penjualan 21-34%, itu merupakan jumlah yang besar.
Sales menyadari hal tersebut. Bahkan menurut survei dari harga yang dipublikasikan pada 1997, setidaknya 60% dari harga menggunakan akhiran 9, 30% dengan 5, dan hanya 7% dengan 0.
2. Why Less is More
Saat membuat keputusan yang rasional, maka kita dipengaruhi oleh bagian bawah sadar dari pikiran kita sendiri yang membuat kita melihat hal-hal dengan cara yang kita tidak sadar. Secara rasional kita tahu bahwa USD9,99 hanya satu sen kurang dari USD10,00, tapi kita tidak sadar dan bereaksi seolah-olah itu adalah perbedaan besar. Ada sejumlah teori mengapa ini begitu.
a. Referensi harga
Rata-rata orang akan menempatkan nilai menjadi yang paling penting. Dengan harga yang tepat, maka Anda bisa membangun hubungan dengan pelanggan. Membuat harga lebih menarik, dengan memotong 1 atau sen bisa jadi trik baik untuk penjualan.
b. Mengabaikan yang dianggap tak signifikan
Kita cenderung mengabaikan hal-hal yang tampaknya tak penting bagi kita. Misalnya kita akan fokus dengan harga puluhan, dan menganggap ribuan tidak banyak jumlahnya.
c. The Appearance of Being the “Lowest Price”
Menggunakan harga pecahan memberikan kesan bahwa perusahaan menimbang harga terbaik bagi pelanggannya. Misalnya, harga USD6,94, ini bisa jadi harga tawar menawar. Semua toko biasanya menerapkan sistem ini. Walmart biasanya menggunakan angka ganjil untuk pecahan 0,88, 0,94, 0,96. Marcy biasanya menggunakan 00 di akhir.
d. The Anchor of the Left-Most Digit
Kita melihat dari kiri ke kanan, dan hal pertama yang kita lihat adalah digit paling kiri, sehingga digit yang pertama membawa bobot psikologis terbesar.
e. The Item Falls Into a Different Price Point
Alasan lain untuk menggunakan harga pecahan adalah bahwa Anda bisa berkompetisi dengan perusahaan lain dari segi harga. Misalnya, jika produk ini harga pasarannya adalah USD20, maka Anda bisa menjualnya lebih murah dibandingkan dengan perusahaan lainnya, daripada produk tersebut tidak laku.
3. When More is More
Beberapa perusahaan tidak ingin produknya terlihat lebih murah dari lainnya. Perusahaan seperti itu, tentu berprinsip of being expensive and worth it. Perusahaan seperti ini menganggap prestige pricing. Mereka akan membuat harga lebih tinggi , karena menganggap pelanggan akan tetap membelinya karena mereka menyukainya. Perusahaan seperti ini jarang menggunakan pecahan. Misalnya di restoran, dalam menu Anda akan menemukan Grilled Caesar Salad 15. Bahkan mereka tidak akan menggunakan Rp atau tanda dolar.
4. Price Testing is Essential
Anda harus mengujinya sendiri, Anda tidak bisa menebak-nebak mana harga yang terbaik. Anda harus bereksperimen dan mencari tahu.
Sumber: okezone
Sumber : Harian Publik - Inilah Alasan Mengapa dalam Dunia Pemasaran Menggunakan Label Harga Harga Rp99.000, Bukan Rp100.000